Pada suatu ketika hiduplah sebuah keluarga yang kurang harmonis. Keluarga tersebut terdiri dari seorang anak beserta bapaknya. Antara anak dan bapak dalam keluarga tersebut mempunyai sifat yang sangat berbeda. Anaknya mempunyai sifat yang sering menyakitkan orang lain. Hal-hal sepele bisa menjadikannya marah sehingga membuat orang lain sakit hati. Berbeda dengan anaknya, bapak mempunyai sifat yang sabar dan bijaksana.
Suatu ketika sang bapak membeli sekarung paku. Bapak itu memaku tembok rumah setiap anaknya marah. Hari demi hari pun berlalu, sehingga tembok rumah keluarga tersebut penuh dengan paku yang menancap. Diantara paku-paku yang menancap di dinding sebagian besar sudah mulai berkarat. Hal tersebut membuat pemandangan yang kotor dan jelek.
Melihat di rumah banyak paku di dinding dengan kondisi yang berkarat dan kotor, anak tersebut penasaran dengan apa yang dikerjakan oleh bapaknya. Akhirnya sang anak mendekat kepada bapaknya untuk bertanya tentang apa yang dilakukannya memaku dinding rumah.
Dengan anaknya mau bertanya kepada bapak maka komunikasi keduanya mulai timbul. Sang bapak akhirnya dengan bijaksana menjelaskan alasan bahwa dia memaku dinding dan dibiarkan paku tersebut berkarat dan kotor. Sang bapak memberi pengertian bahwa sifat anak yang gampang marah akan membuat banyak orang sakit hati dan itu merupakan sifat yang jelek.
Akhirnya sang anak meminta bapaknya untuk mecabut semua paku yang tertancap di dinding rumah. Setelah semua paku yang tertancap di dinding dilepas ternyata masih ada bekas paku yang membuat dinding berlobang. Sekali lagi sang bapak memberikan nasehat kepada anaknya bahwa kesan lobang-lobang tembok bekas paku di dinding itu tidak akan kelihatan sama lagi seperti sebelumnya. Begitulah jika setiap seseorang melukai hati orang lain, selamanya tidak akan dapat menghapuskan luka tersebut, sekalipun sudah meminta ma’af dan mencabut semua kemarahan dari orang-orang sekitar kita.
Demikian kisah inspirasi tentang Paku di Dinding. Banyak hikmah yang bisa kita ambil. Berhati-hati dalam bertindak. Apabila tindakan kita membuat sakit hati orang lain ternyata selamanya tidak bisa menghapusnya. Walaupun sudah meminta maaf masih ada bekas luka di hati yang tidak bisa kembali seperti sebelumnya.